Membentuk Generasi Emas Indonesia pada tahun 2045 melalui Pendidikan Karakter yang berkualitas.

 


PENDAHULUAN

Masa depan Indonesia terletak pada generasi mendatangnya, dan pada tahun 2045, Indonesia akan memiliki generasi emasnya sendiri. Generasi ini disebut generasi emas karena pada tahun 2045, Indonesia akan merayakan hari jadinya yang ke-100. Setiap era memiliki generasi emasnya sendiri. Dalam sejarah Indonesia, ada generasi emas tahun 1945, yang menginisiasi proklamasi kemerdekaan Indonesia, generasi tahun 1965, dan generasi tahun 1998, yang menggulingkan rezim Orde Baru dan membuka era reformasi yang telah berlangsung selama 22 tahun. Sekarang, pemerintah mengusulkan untuk mempersiapkan generasi emas tahun 2045, tepat saat Indonesia merayakan hari jadi kemerdekaannya yang ke-100.

Seluruh masyarakat harus bersatu untuk mewujudkan generasi emas Indonesia, yang akan dicapai dalam beberapa tahun mendatang. Generasi emas yang akan dipersiapkan adalah generasi yang memiliki kecerdasan komprehensif dan kompetitif. Kecerdasan komprehensif berarti kemampuan untuk bekerja secara kreatif, inovatif, produktif, dengan karakter, dan berinteraksi secara sosial dengan baik. Sementara itu, kecerdasan kompetitif berarti memiliki kepribadian unggul, menyukai keunggulan, peduli kualitas, dan berorientasi global. Dengan kecerdasan komprehensif dan kompetitif ini, generasi bangsa ini akan mampu bersaing dengan negara-negara lain. Diakui bahwa persaingan antar negara semakin kuat dan tinggi dalam mewujudkan masyarakat yang beradab.

Masyarakat yang beradab adalah masyarakat yang memiliki peradaban tinggi dalam teknologi, demokratis, taat hukum, menghormati hak asasi manusia, menjaga keseimbangan lingkungan, dan memiliki iman dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tidaklah mustahil untuk mewujudkan generasi cerdas komprehensif dan kompetitif saat Indonesia berusia 100 tahun. Diprediksi bahwa pada saat itu, jumlah penduduk akan mencapai 340 juta jiwa, dengan 180 juta di antaranya berusia produktif. Kondisi ini biasanya disebut sebagai jendela demografi, yang akan berdampak pada dua kemungkinan: sebagai bonus demografi atau sebaliknya sebagai kutukan demografi. Jendela demografi dapat menjadi bonus demografi jika profil penduduk Indonesia unggul dan berkualitas tinggi.

Ini akan menjadi potensi bagi negara untuk mempercepat dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, dan infrastruktur, karena adanya kelimpahan usia produktif. Namun, sebaliknya, jendela demografi juga dapat berubah menjadi kutukan demografi, yaitu bencana akibat tingginya tingkat pengangguran (pengangguran massal), yang pasti akan menjadi beban bagi negara. Harus diingat bahwa jika bangsa ini gagal mempersiapkan generasi emasnya, kutukan pengangguran akan meningkat, yang akan berdampak pada peningkatan kejahatan dan kekacauan, karena pelaku kejahatan ini biasanya berusia produktif. Itulah mengapa sangat penting untuk berinvestasi dalam modal manusia bagi bangsa ini.

Harus diingat bahwa pemimpin Indonesia pada tahun 2045 adalah anak-anak yang saat ini duduk di bangku sekolah, mulai dari pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan mahasiswa. Saat ini Indonesia sedang menikmati bonus demografi yang akan mencapai puncaknya pada tahun 2030-2045, di mana penduduk usia produktif Indonesia yang berusia 15-64 tahun akan mencapai 180 juta jiwa atau 68% dari total penduduk. Pada tahun 2030-2045, penduduk usia produktif akan mencapai 70%. Pendidikan dianggap sebagai yang paling bertanggung jawab dalam mempersiapkan generasi emas Indonesia. Diakui bahwa kualitas pendidikan belum ideal, sehingga terus dilakukan perbaikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Satu hal penting yang harus diwujudkan dalam mempersiapkan generasi emas Indonesia adalah pendidikan karakter tidak boleh diabaikan. Melalui pendidikan karakter, generasi muda akan dilengkapi untuk menjadi unggul, berkualitas, kreatif, produktif, tangguh, terhormat, dan memiliki ketakwaan spiritual yang baik. Kesadaran dan kerjasama semua pihak adalah kekuatan besar dalam mewujudkan generasi emas Indonesia pada tahun 2045.

 

PEMBAHASAN

  1. Pengertian Generasi Emas

Generasi merujuk pada dua hal; pertama, sekelompok orang yang hidup pada masa yang sama, memiliki angkatan dan keturunan yang serupa; kedua, periode waktu di mana orang-orang dari satu angkatan hidup. Menurut Kopeuw (2015), generasi emas memiliki dua makna. Pertama, berkaitan dengan kondisi generasi Indonesia ketika merayakan 100 tahun kemerdekaan. Kedua, generasi emas diartikan sebagai kata "emas" yang menggambarkan bangsa yang besar dengan sumber daya manusia, alam, kultural, dan sumber daya lainnya yang luar biasa. Oleh karena itu, sudah saatnya kita mengelola dan memanfaatkan sumber daya ini dengan sebaik-baiknya untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan yang maksimal bagi rakyat.

Melalui pemahaman yang telah dijelaskan di atas, penulis ingin menguraikan bahwa generasi emas merujuk pada kelompok masyarakat yang berhasil meraih kejayaan melalui kerja keras, ketekunan, dan semangat juang yang tinggi demi mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bersama. Generasi emas menjadi panutan dalam hal keberhasilan dan motivasi bagi orang lain. Mereka adalah orang-orang muda yang memiliki potensi besar untuk meraih kesuksesan. Sebagai generasi penerus bangsa, generasi emas akan mengelola sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber daya kultural, dan sumber daya lainnya dengan sebaik-baiknya. Mereka akan menjadi pemimpin yang memajukan, membesarkan, mensejahterakan, dan meningkatkan peradaban bangsa. Generasi emas juga merujuk pada generasi yang berada pada usia produktif.

Triyono (2016:5-6) menyatakan dalam Seminar Nasional ALFA-VI bahwa konsep generasi emas dapat diartikan sebagai penjabaran kata "EMAS", yang berarti Energik, Multitalenta, Aktif, dan Spiritual. Oleh karena itu, membangun generasi Emas Indonesia 2045 adalah menciptakan sebuah produk generasi baru yang memiliki sifat-sifat tersebut; yaitu generasi yang cerdas, siap bersaing di era modern, globalisasi, dan penuh kompetitif.

 

Selain itu, Triyono menjelaskan sebagai berikut:
- Energetik berarti penuh energi atau antusiasme. Menjadi antusias akan menciptakan optimisme dan memiliki kekuatan untuk mengarahkan aktivitas dan tugas hidup seseorang. Generasi emas adalah generasi yang selalu menunjukkan kesehatan dan kebugaran yang baik, siap dalam tubuh dan pikiran untuk melakukan aktivitas dan tugas mereka dengan baik.
- Multitalenta dapat dijelaskan sebagai multi-intelegensi, menjadi cerdas dalam hal logika matematika, bahasa verbal, visual-spatial, kinestetik, interpersonal, intrapersonal, dan aspek alam. Generasi emas yang kita bangun adalah generasi yang terus mengembangkan diri dengan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta memiliki berbagai bakat.
- Aktif berarti aktif dalam pekerjaan dan usaha, memiliki kemampuan individu untuk bertindak tanpa perintah; melakukan sesuatu di luar persyaratan pekerjaan, dan menciptakan peluang baru.
- Spiritual lebih terkait dengan pengalaman keagamaan yang mereka ikuti. Generasi spiritual menunjukkan kepada generasi muda bahwa mereka memiliki kualitas kehidupan spiritual yang baik, taat mengikuti ajaran agama, taat beribadah, taat berdoa, menjauhkan diri dari hal-hal yang dilarang oleh agama, tidak terlibat dalam minuman keras, seks bebas, narkoba, atau gerakan radikal.Selain itu, Triyono menjelaskan sebagai berikut:

 

Setelah meninjau definisi di atas, jelas bahwa generasi emas suatu negara sangat berharga dan signifikan karena usia produktif mereka. Generasi ini akan memimpin negara maju, dan masa depan negara bergantung pada kualitas generasi emas ini. Generasi emas yang cerdas, komprehensif, kompetitif, dan berkepribadian tidak dapat dicapai secara instan. Oleh karena itu, investasi dalam sumber daya manusia sangat penting, meskipun hasilnya mungkin tidak terlihat dalam jangka pendek, tetapi dalam jangka panjang, mungkin beberapa dekade ke depan. Namun, jika generasi emas Indonesia tahun 2045 tidak dipersiapkan sekarang, negara akan kesulitan mengejar dan bersaing dengan negara lain. Kesadaran kolektif perlu dibangun sebagai upaya maksimal dalam mempersiapkan generasi emas Indonesia tahun 2045. Generasi ini akan membawa negaranya menjadi maju, makmur, mandiri, dan sejahtera. Inilah mengapa investasi yang signifikan diperlukan untuk generasi emas saat ini. Generasi emas Indonesia tahun 2045 akan tercapai dalam 25 tahun, karena mempersiapkan sebuah generasi membutuhkan waktu yang lama, mungkin beberapa dekade. Oleh karena itu, generasi emas Indonesia tahun 2045 sudah terlihat. Anak-anak, remaja, dan dewasa muda ada di sekitar kita, terlibat dalam berbagai aktivitas seperti bermain, belajar, berkumpul, bertengkar, terlibat dalam pergaulan bebas, narkoba, dan lain-lain. Kenyataannya adalah dalam 25 tahun, negara akan berada di tangan mereka. Mereka akan memimpin negara pada tahun 2045. Sekarang adalah saatnya untuk menunjukkan kepedulian kita dengan mempersiapkan mereka menjadi individu yang cerdas, komprehensif, kompetitif, berkepribadian, religius, unggul, dan berkualitas tinggi. Ini tidak dapat dinegosiasikan.

 

  1. Indonesia Membutuhkan Insan Cerdas dan Berkarakter Kuat

Badan Narkotika Nasional (BNN) sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika (P4GN) mencatat bahwa pada tahun 2017 terdapat sebanyak 3.376.115 orang yang terlibat dalam penyalahgunaan narkoba di Indonesia dengan rentang usia 10-59 tahun. Sementara itu, pada tahun 2018, angka penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar dari 13 ibu kota provinsi mencapai 2,29 juta orang. Salah satu kelompok masyarakat yang rentan terpapar penyalahgunaan narkoba adalah generasi milenial dengan rentang usia 13-35 tahun.

Pada tahun 2009, Kementerian Kesehatan juga pernah merilis bahwa perilaku seks bebas di kalangan remaja dianggap sebagai hal yang biasa. Hasil penelitian di empat kota yaitu Jakarta Pusat, Medan, Bandung, dan Surabaya menunjukkan bahwa sebanyak 35,9% remaja memiliki teman yang sudah pernah melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Bahkan sebanyak 6,9% responden telah melakukan hubungan seksual pranikah.
Berdasarkan laporan tahun 2009 dari Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP & PL) Kementerian Kesehatan yang dipublikasikan di situs resmi https://www.kemkes.go.id, jumlah penderita AIDS hingga September 2009 mencapai 18.442 kasus. Penularan AIDS terbanyak terjadi melalui hubungan heteroseksual (49,7%), penggunaan narkoba suntik (40,7%), dan hubungan homoseksual (3,4%). Proporsi penderita AIDS paling banyak ditemukan pada kelompok usia 20-29 tahun (49,57%), diikuti oleh kelompok usia 30-39 tahun (29,84%) dan kelompok usia 40-49 tahun (8,71%). Provinsi-provinsi yang melaporkan kasus AIDS terbanyak adalah Jawa Barat, Jawa Timur, DKI Jakarta, Papua, Bali, Kalimantan Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Riau, dan Kepulauan Riau. Jumlah kematian akibat AIDS sekitar 3.708 orang (20,1%).

 

Ada tujuh alasan mengapa pendidikan karakter harus diberikan kepada individu sebagai warga negara sejak dini.

Pertama, pendidikan karakter memastikan individu memiliki kepribadian dan karakter yang baik dalam hidupnya. Dengan memiliki karakter yang baik, individu akan mampu menghadapi berbagai situasi dan tantangan dalam kehidupan sehari-hari.

Kedua, pendidikan karakter dapat membantu individu untuk meningkatkan prestasi akademiknya. Dengan memiliki karakter yang kuat seperti disiplin, ketekunan, dan tanggung jawab, individu akan lebih fokus dan bersemangat dalam belajar sehingga prestasi akademiknya dapat meningkat.

Ketiga, pendidikan karakter membuat individu memiliki karakter yang kuat, memiliki daya juang, tanggung jawab, dan mandiri. Individu yang memiliki karakter seperti ini akan lebih siap menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupan dan tidak mudah menyerah.

Keempat, pendidikan karakter membentuk individu untuk menghargai dan menghormati dirinya sendiri serta orang lain. Dengan memiliki sikap saling menghargai dan menghormati, individu dapat hidup harmonis dalam masyarakat yang majemuk dengan berbagai perbedaan.

Kelima, pendidikan karakter dapat mengatasi kerusakan karakter dan degradasi moral. Dalam era modern ini, banyak kasus kerusakan moral seperti korupsi, kekerasan, dan penyalahgunaan narkoba. Dengan pendidikan karakter yang baik sejak dini, individu akan terhindar dari perilaku negatif tersebut.

Keenam, pendidikan karakter merupakan cara terbaik untuk mempersiapkan individu memasuki dunia kerja. Di dunia kerja, karakter seperti integritas, kerja keras, dan kerjasama sangat penting. Dengan pendidikan karakter yang baik, individu akan lebih siap menghadapi persaingan di dunia kerja.

Ketujuh, pendidikan karakter menjadi cara untuk mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai agama, moral, etika, budaya, dan kearifan lokal. Dengan pendidikan karakter yang baik, individu akan memiliki landasan moral yang kuat dan dapat menjaga nilai-nilai budaya serta kearifan lokal.

Dalam kesimpulannya, pendidikan karakter sangat penting diberikan kepada individu sejak dini karena memiliki banyak manfaat. Dengan memiliki karakter yang baik, individu akan mampu menghadapi berbagai situasi dalam hidupnya dengan baik. Selain itu, pendidikan karakter juga membantu meningkatkan prestasi akademik, membentuk karakter yang kuat dan mandiri, menghargai diri sendiri dan orang lain, mengatasi kerusakan moral, mempersiapkan individu memasuki dunia kerja, serta mengajarkan nilai-nilai agama, moral, etika, budaya dan kearifan lokal.

Pendidikan karakter adalah sistem yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai karakter kepada generasi muda Indonesia. Tujuan dari pendidikan karakter ini adalah agar generasi muda memiliki penguasaan ilmu, teknologi, dan komunikasi yang baik, serta menjadi generasi yang religius, berkarakter baik, terbuka, beretika, toleran, dan tanggung jawab. Dengan adanya pendidikan karakter ini, diharapkan bahwa bangsa Indonesia akan memiliki generasi muda yang kelak menjadi pemimpin bangsa yang mampu membangun masyarakat madani di Indonesia.


Pemerintah juga telah menunjukkan komitmennya terhadap pendidikan karakter dengan diterbitkannya Perpres No 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 6 September 2017. Dengan adanya perpres ini, diharapkan implementasi pendidikan karakter dapat dilaksanakan secara merata di seluruh Indonesia, terutama dalam jalur pendidikan formal. Hal ini dikarenakan kehebatan suatu bangsa tidak ditentukan oleh luas wilayahnya atau sumber daya alamnya, tetapi ditentukan oleh kualitas dan keunggulan sumber daya manusianya.

 

  1. Menyiapkan Generasi Emas Indonesia 2045 Melalui Pendidikan Karakter Berbasis IESQ

Dalam dunia pendidikan, tanggung jawabnya sangat besar dalam membentuk karakter generasi muda. Oleh karena itu, pendidikan tidak hanya fokus pada transfer ilmu pengetahuan dan kemampuan kognitif, tetapi juga harus memperhatikan kemampuan afektif, psikomotorik, spiritual, serta pembentukan dan penguatan karakter peserta didiknya. Untuk menciptakan generasi emas Indonesia 2045, penulis berpendapat bahwa perlu ada keseimbangan antara Intelligence Quotient (IQ), Emotional Quotient (EQ), dan Spiritual Quotient (SQ) dalam diri peserta didik. Untuk memudahkan pemahaman, penulis menggunakan istilah IESQ.
Untuk mencapai tujuan memiliki generasi emas Indonesia 2045 yang cerdas secara komprehensif, kompetitif, dan berkarakter, maka pendidikan karakter berbasis IESQ perlu diterapkan dan dikembangkan. Keseimbangan antara kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ) dalam diri peserta didik akan membantu mereka menjadi pribadi yang sukses dan bahagia. Hal ini tentunya akan berdampak pada peningkatan kualitas sumber daya manusia, yang pada akhirnya akan membawa Indonesia menjadi bangsa yang maju.

  • Kecerdasan Intelektual

Kecerdasan intelektual (IQ) adalah kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah serta mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif. IQ tinggi memang sangat mengagumkan karena dapat membantu individu mengerjakan sesuatu dengan lebih mudah dan cepat, terutama dalam hal yang bersinggungan dengan logika.

Namun, IQ tinggi bukanlah satu-satunya cara untuk mencapai kesuksesan. IQ tinggi hanyalah salah satu aspek penentu kesuksesan. Selain IQ, terdapat juga faktor-faktor lain yang turut berperan dalam mencapai keberhasilan.
Menurut David Wechsler, ada dua jenis kemampuan dalam inteligensi, yaitu kemampuan umum dan kemampuan khusus. Kemampuan khusus adalah kemampuan dalam bidang-bidang tertentu, seperti perdagangan, ilmu pasti, bahasa, dan sebagainya. Kemampuan khusus juga meliputi kemampuan analisis, sintesis atau pengorganisasian fakta, daya ingat, inisiatif, kreativitas, dan sebagainya.
Selain kemampuan khusus, terdapat juga kemampuan umum yang mendasari kemampuan-kemampuan khusus tersebut. Kemampuan umum bukanlah sekadar kumpulan atau gabungan dari kemampuan-kemampuan khusus belaka. Kemampuan umum memiliki kualitas tersendiri yang menjadi dasar bagi kemampuan-kemampuan khusus.

Dalam perjalanan menuju kesuksesan, tidak hanya kecerdasan intelektual (IQ) yang penting, tetapi juga faktor-faktor lain seperti kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan spiritual (SQ), dan kecerdasan adaptif (AQ). EQ adalah kemampuan untuk mengenali, memahami, dan mengelola emosi sendiri dan orang lain. SQ adalah kemampuan untuk mencari makna dan tujuan hidup yang lebih dalam. AQ adalah kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan dan menghadapi tantangan.

Dengan demikian, kesuksesan seseorang tidak hanya ditentukan oleh tingkat kecerdasan intelektual yang tinggi, tetapi juga oleh faktor-faktor lain seperti EQ, SQ, dan AQ. Semua aspek ini saling terkait dan saling mempengaruhi dalam mencapai keberhasilan. Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk mengembangkan semua aspek kecerdasan ini agar dapat mencapai kesuksesan secara holistik.
Howard Gardner, seorang psikolog terkenal, mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah dan menghasilkan produk dalam berbagai situasi nyata yang berbeda-beda. Gardner juga memperkenalkan konsep kecerdasan ganda atau multiple intelligences. Menurut teori ini, setiap individu memiliki kecerdasan yang unik dalam dirinya. Ada beberapa jenis kecerdasan yang diakui oleh Gardner, antara lain kecerdasan linguistik, matematis-logis, eksistensial, ruang visual, lingkungan, kinestetik-badani, musikal, interpersonal, dan intrapersonal.

Melalui konsep kecerdasan ganda ini, kita memahami bahwa setiap individu memiliki kecerdasan yang berbeda-beda dan harus dihargai, didukung, dan dikembangkan seoptimal mungkin. Dalam konteks pendidikan, penting bagi para pendidik untuk mengakui dan memahami kecerdasan yang dimiliki oleh setiap peserta didik. Dengan demikian, pendidik dapat menciptakan lingkungan belajar yang sesuai dengan kecerdasan individu sehingga peserta didik dapat berkembang secara optimal.

Dalam mencapai kesuksesan, tidak hanya IQ yang penting, tetapi juga EQ, SQ, dan AQ. Semua aspek kecerdasan ini saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Oleh karena itu, penting bagi individu untuk mengembangkan semua aspek kecerdasan ini agar dapat mencapai kesuksesan secara holistik.

 

  • Kecerdasan Emosional

Peter Salovey dan John Mayer adalah dua orang yang pertama kali menggunakan istilah Emotional Quotient (EQ). Mereka mendefinisikan EQ sebagai kemampuan untuk mengenali dan memahami perasaan dan emosi diri sendiri dan orang lain, serta menggunakan informasi ini untuk mengatur pikiran dan tindakan seseorang. Pendekatan mereka didasarkan pada keyakinan bahwa ada beberapa keterampilan spesifik yang mempengaruhi kekuatan dan efektivitas seseorang, seperti kemampuan menerima dan memahami keadaan emosional diri sendiri dan orang lain, serta kemampuan mengatur, mengendalikan, dan menggunakan emosi-emosi ini untuk mencapai tujuan. Mereka juga menyatakan bahwa ada empat aspek dasar dari kecerdasan emosional: mengenali emosi, memahami emosi, mengatur emosi, dan menggunakan emosi.

Daniel Coleman dalam penelitiannya menemukan bahwa manusia memiliki dua belahan otak, yaitu otak berpikir (otak kiri) dan otak emosional (otak kanan). Otak kiri terkait dengan logika, bahasa, dan analisis, sedangkan otak kanan terkait dengan kreativitas seperti pemilihan warna, imajinasi, dan pemahaman ritme. Keduanya memiliki fungsi yang saling melengkapi dan penting untuk dikembangkan dalam proses pembelajaran dan kehidupan sehari-hari.
Seseorang yang memiliki kecerdasan emosi tinggi dapat mengatur hidupnya dengan lebih baik, mudah berinteraksi dengan orang lain, dan beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Kecerdasan emosi juga dapat membantu seseorang mengimplementasikan potensi yang dimilikinya dan berkomunikasi dengan efektif. Dengan demikian, kecerdasan emosi menjadi alat terbaik dalam meningkatkan kemampuan diri dan mencapai tujuan hidup.

 

  • Kecerdasan Spiritual

Kecerdasan spiritual (SQ) atau kecerdasan rohani adalah sebuah kecerdasan yang sama pentingnya dengan IQ dan EQ. SQ merupakan kecerdasan jiwa yang dapat membantu kita menyembuhkan dan membangun diri kita secara utuh. SQ berada di dalam diri yang dalam, berhubungan dengan kearifan di luar ego atau pikiran sadar. Dengan SQ, kita tidak hanya mengakui nilai-nilai yang ada, tetapi juga secara kreatif menemukan nilai-nilai baru.

Kecerdasan spiritual (SQ) berhubungan dengan agama, nilai, dan makna hidup. Karena itu, manusia diinterpretasi dan dipandang eksistensinya melalui SQ. SQ memainkan perannya ketika manusia menghadapi berbagai situasi dalam hidup, baik itu putus asa, sedih, bahagia, menderita, atau serentetan tantangan hidup lainnya. SQ berada di dalam otak manusia, sama seperti IQ dan EQ. Namun, SQ tidak berwujud sehingga sulit untuk mengukurnya secara objektif. Meskipun begitu, SQ tetap dapat diukur dengan mengamati tingkah laku dan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan kehidupan kerohanian dan etika.

Kecerdasan spiritual dapat ditingkatkan dan dipertajam sehingga manusia dapat hidup secara harmonis, damai, dan menemukan makna hidup. Dengan meningkatkan SQ, seseorang dapat lebih peka terhadap nilai-nilai spiritual dan memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang agama dan makna hidup. Hal ini akan membantu seseorang dalam menghadapi berbagai tantangan hidup dengan lebih bijaksana dan tenang.

Dalam kehidupan sehari-hari, kecerdasan spiritual dapat tercermin dalam sikap dan tindakan seseorang. Seseorang yang memiliki SQ yang tinggi cenderung memiliki rasa empati yang kuat terhadap orang lain, memiliki pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai moral, dan mampu menemukan makna dalam setiap pengalaman hidup. Mereka juga cenderung memiliki hubungan yang lebih baik dengan diri sendiri, orang lain, dan Tuhan.
Untuk meningkatkan kecerdasan spiritual, seseorang dapat melakukan berbagai aktivitas seperti meditasi, refleksi diri, membaca buku-buku spiritual, berdoa, atau mengikuti kegiatan keagamaan. Dengan melibatkan diri dalam aktivitas-aktivitas tersebut, seseorang dapat memperdalam pemahaman tentang diri sendiri dan hubungannya dengan dunia spiritual.

Dalam dunia yang semakin kompleks ini, kecerdasan spiritual menjadi semakin penting. Dengan memiliki SQ yang tinggi, seseorang dapat menghadapi berbagai tantangan hidup dengan lebih bijaksana dan tenang. Mereka juga dapat membantu orang lain dalam mencari makna hidup dan mencapai kedamaian batin. Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk mengembangkan kecerdasan spiritual mereka agar dapat hidup secara harmonis dan bermakna.

 

  1. Manfaat Generasi Emas Indonesia

Dengan terbentuknya generasi emas Indonesia yang cerdas komprehensif, yaitu cerdas secara intelektual, emosional, spiritual, dan sosial serta kompetitif dan berkarakter kuat, maka Indonesia akan memperoleh manfaatnya. Generasi emas ini akan memiliki kecerdasan yang meliputi berbagai aspek kehidupan, sehingga mereka mampu mencapai keberhasilan dan kesejahteraan hidup baik secara individu maupun bersama-sama.
Terbentuknya generasi emas yang cerdas komprehensif, kompetitif, dan berkarakter kuat akan membuat bangsa Indonesia mampu mengejar ketertinggalannya dari negara maju. Masa depan bangsa Indonesia pun akan menjadi lebih baik. Dengan kecerdasan yang meliputi aspek intelektual, emosional, spiritual, dan sosial, generasi emas ini akan mampu menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupan.

Selain itu, generasi emas ini juga dapat mewujudkan masyarakat madani di Indonesia. Masyarakat madani adalah masyarakat dengan peradaban tinggi dalam teknologi, demokratis, taat hukum dan undang-undang, menjunjung tinggi hak asasi manusia, menjaga keseimbangan lingkungan, serta beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Mahaesa.
Dengan terbentuknya generasi emas yang cerdas komprehensif ini juga akan menempatkan Indonesia sebagai salah satu kekuatan dunia. Tahun 2045 merupakan tahun bonus demografi di Indonesia. Hal ini akan memberikan dampak akselerasi dalam bidang sains, teknologi, ekonomi, maupun infrastruktur. Jika generasi emas 2045 dipersiapkan dari sekarang, maka Indonesia akan memiliki generasi yang unggul dan berkualitas. Dengan demikian, Indonesia akan menjadi bangsa dengan peradaban unggul.

Selain itu, generasi emas ini juga akan mampu mewujudkan Indonesia sebagai salah satu kekuatan ekonomi dunia dengan pendapatan perkapita sebesar USD 47.000. Generasi emas yang memiliki keseimbangan kecerdasan intelektual, emosional, spiritual, dan sosial akan menjadi insan yang dapat mewujudkan cita-citanya dan cita-cita bangsanya yaitu Indonesia yang maju, sejahtera, makmur, dan mandiri.
Generasi emas yang unggul dan berkualitas juga akan mampu bersaing dalam dunia internasional. Mereka akan memiliki interaksi sosial yang baik, kreatif, inovatif, produktif, dinamis, membuka dan memanfaatkan peluang. Generasi emas ini juga akan mampu menghadapi berbagai tantangan yang ada. Hal ini dapat mengangkat martabat bangsa dan membuat bangsa Indonesia dihargai dan dihormati oleh bangsa-bangsa lain.
Dengan demikian, terbentuknya generasi emas Indonesia yang cerdas komprehensif akan memberikan manfaat besar bagi bangsa Indonesia. Masa depan bangsa Indonesia akan menjadi lebih baik dan Indonesia akan menjadi negara dengan peradaban unggul serta dihormati oleh bangsa-bangsa lain di dunia.

 

PENUTUP

 

  1. Kesimpulan

Bangsa Indonesia memiliki harapan besar untuk memiliki generasi emas pada tahun 2045. Generasi ini dijuluki sebagai generasi emas karena pada tahun tersebut, Indonesia akan merayakan usianya yang ke-100. Harapannya adalah dalam 25 tahun ke depan, Indonesia akan menjadi salah satu negara maju di dunia. Untuk mewujudkan hal ini, persiapan yang matang perlu dilakukan terhadap anak-anak, remaja, dan pemuda agar mereka menjadi generasi emas Indonesia 2045 yang memiliki kecerdasan komprehensif, kompetitif, berkarakter kuat, dan religius. Dengan demikian, mereka akan mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain dan membawa bangsa Indonesia menuju kemajuan, kesejahteraan, dan kemandirian.

Pentingnya persiapan generasi emas ini tidak terlepas dari bonus demografi yang sedang dinikmati oleh Indonesia. Bonus demografi ini akan mencapai puncaknya pada tahun 2030-2045. Pada periode tersebut, penduduk usia produktif Indonesia yang berada dalam rentang usia 15-64 tahun diperkirakan mencapai 180 juta atau sekitar 68% dari total penduduk. Bahkan pada tahun 2030-2045, persentase penduduk usia produktif diperkirakan akan mencapai 70%. Hal ini menunjukkan bahwa potensi sumber daya manusia Indonesia sangat besar dan dapat dimanfaatkan dengan baik untuk memajukan bangsa.

Dalam upaya mempersiapkan generasi emas Indonesia, pendidikan memegang peranan yang sangat penting. Pendidikan bertanggung jawab dalam membentuk karakter dan kualitas generasi muda. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah pendidikan karakter berbasis IESQ. Pendekatan ini akan membantu menciptakan sumber daya manusia yang unggul, berkualitas, kreatif, produktif, tangguh, bermartabat, dan memiliki spiritualitas yang baik. Dengan pendidikan karakter yang kuat, generasi emas Indonesia akan memiliki nilai-nilai positif dan etika yang tinggi dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Namun, persiapan generasi emas Indonesia tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau lembaga pendidikan saja. Kesadaran dan kerja sama dari semua pihak juga menjadi faktor penting dalam mewujudkan harapan ini. Orang tua, guru, masyarakat, dan seluruh elemen bangsa perlu bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan generasi muda. Dalam hal ini, peran orang tua sangatlah penting dalam memberikan pendidikan dan nilai-nilai positif kepada anak-anak mereka. Guru juga memiliki peran besar dalam membentuk karakter dan memberikan pengetahuan kepada siswa. Masyarakat juga harus ikut serta dalam memberikan dukungan dan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan generasi emas Indonesia.

Dengan kesadaran dan kerja sama semua pihak, harapan untuk memiliki generasi emas Indonesia pada tahun 2045 dapat terwujud. Generasi emas ini akan menjadi tulang punggung bangsa Indonesia di masa depan. Mereka akan menjadi pemimpin-pemimpin yang tangguh, inovatif, dan berintegritas tinggi. Mereka akan mampu menghadapi tantangan global dan membawa bangsa Indonesia menuju kemajuan yang lebih baik. Oleh karena itu, mari kita bersama-sama mempersiapkan generasi emas Indonesia 2045 dengan memberikan pendidikan yang berkualitas dan nilai-nilai positif yang kuat.

 

  1. Saran-Saran

Bagi para guru dan dosen, sangat penting untuk menerapkan pendidikan karakter dalam pembelajaran berbasis IESQ. Tujuannya adalah untuk mempersiapkan generasi emas Indonesia 2045 agar menjadi pemimpin bangsa yang terbaik. Dalam 25 tahun ke depan, persaingan global akan semakin tinggi. Oleh karena itu, sebagai generasi emas Indonesia, peserta didik perlu mempersiapkan diri dengan baik. Mereka perlu belajar dan membekali diri dengan pengetahuan, keterampilan, serta karakter yang baik dan spiritual yang tinggi. Hal ini akan membuat mereka menjadi insan yang utuh dan kelak dapat menjadi pemimpin bangsa yang baik dan bijaksana. Dengan begitu, mereka dapat membawa Indonesia menjadi negara yang maju.

Bagi orang tua, sangat penting untuk menanamkan nilai-nilai karakter dan nilai-nilai agama dalam diri anak-anak mereka. Hal ini akan membantu anak-anak tumbuh menjadi individu yang bertanggung jawab dan memiliki moral yang baik. Orang tua juga perlu mendukung anak-anak mereka dalam belajar dan mengembangkan potensi mereka.

Bagi masyarakat, kerjasama dengan pemerintah, orang tua, dan lembaga pendidikan sangat penting dalam mempersiapkan generasi bangsa. Masyarakat juga perlu membentuk berbagai kegiatan positif yang dapat memberikan pengaruh positif bagi pembangunan karakter anak-anak bangsa. Dengan adanya dukungan dari masyarakat, generasi emas Indonesia akan memiliki lingkungan yang kondusif untuk tumbuh dan berkembang.
Bagi lembaga pendidikan, sangat penting untuk mendukung penerapan pendidikan karakter dalam sistem pembelajaran di sekolah dan dalam proses perkuliahan di kampus. Lembaga pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk karakter peserta didik. Oleh karena itu, lembaga pendidikan perlu menyediakan lingkungan yang mendukung perkembangan karakter peserta didik melalui berbagai kegiatan dan program yang relevan.
Dengan adanya kerjasama antara guru/dosen, peserta didik, orang tua, masyarakat, dan lembaga pendidikan, kita dapat mempersiapkan generasi emas Indonesia 2045 dengan sebaik-baiknya. Dengan memiliki karakter yang baik dan pengetahuan yang memadai, generasi emas Indonesia akan menjadi pemimpin bangsa yang mampu membawa Indonesia menjadi negara yang maju dan berdaya saing tinggi di tingkat global.

DAFTAR RUJUKAN

Pusat Bahasa Depertemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. 2002.

Kopeuw, Pilipus M. 2015. Mimpi Memiliki Generasi Emas Sentani. Jakarta: tp.

Triyono. 2016. Menyiapkan Generasi Emas 2045, Seminar Nasional ALFA-VI. Unwidha Klaten, 5 Oktober 2016

Manullang, Belferik. 2013. Grand Desain Pendidikan Karakter Generasi Emas 2045. Jurnal Pendidikan Karakter. Tahun III, No. 1, Februari 2013. pp. 1-14.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Sujanto, Agus., Lubis, Halem., Hadi, Taufik. 1986. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Aksara Baru.

Sarwono, Sarlito Wirawan. 1976. Pengantar Umum Psikologi, Jakarta: Bulan Bintang.

Sarah. 2006. Skripsi: Keseimbangan Intellegence Quotient Emotional Quotient Spiritual Quotient bagi Perkembangan Anak. IFTK Jaffray Jakarta 2006.

0 Komentar